Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menganjurkan pemerintah untuk mulai melakukan tender pada 2008 jika rencana pembangunan fisik Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan dimulai pada 2010 mendatang. Sehingga pada 2016 nanti diperkirakan sudah dapat memproduksi listrik.
Deputi Kepala Batan Bidang Penelitian Dasar dan Terapan RCA National Representative of Indonesia, Dr. Paramudita Anggraita mengatakan, berdasarkan penelitian Batan dalam kurun waktu 2002-2014 Indonesia akan mengalami krisis energi khususnya untuk minyak bumi dan batu bara.
Untuk itu, diperlukan diversifikasi energi seperti dengan angin, air, dan tenaga surya. Namun, yang disayangkan biaya operasionalnya masih mahal. "Bisa saja diversifikasi dengan minyak sawit yang diolah menjadi bio diesel, tetapi dampaknya justru membuat harga minyak goreng melejit, ini juga merugikan masyarakat," katanya, di Bandung, Selasa (16/7).
Untuk itu, menurut dia, perlu direncanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk menghadapi krisis energi yang akan berlangsung pada 10 tahun ke depan. "Program PLTN ini sudah direncanakan sebenarnya sejak tahun '70-an, tetapi baru bisa terealisasi sekarang. Namun, ini pun masih terhambat kendala di lapangan, seperti penolakan dari masyarakat," ungkapnya.
Dituturkan dia, pada rencana pembangunan PLTN perlu dicari lokasi yang sesuai. "Untuk lokasi PLTN ini, kami sudah melakukan studi kelayakan. Yang sesuai dengan di daerah Pantai Utara. Namun, kita juga masih mencari yang menjorok sehingga dapat menjangkau energi di seluruh pulau. Kami, temukan di Gunung Muria, Jepara," ujarnya.
Menurut dia, lokasi tersebut cocok karena gunungnya sudah tidak aktif lagi. PLTN ini, menurut dia, memiliki kapasitas hingga 4000 mw. "Untuk kapasitas, kami tidak langsung membuat 4000 MW, tetapi bertahap, tahap I 2000 mw dan tahap II 2000 mw," katanya.
Tahun depan
Untuk mengatasi krisis energi yang diperkirakan akan terjadi pada 2014 nanti, Pramudita menjelaskan perlu percepatan pembangunan, empat tahun dari sekarang. "Sehingga tahun 2015 selesai dan setahun kemudian sudah bisa dipergunakan.
Sementara itu, menurut Deputi Kepala Bid. Pengkajian Keselamatan Nuklir (Bapeten), Ir. As Natio Lasman, semakin banyak populasi suatu negara maka diperlukan high energy untuk bahan bakar atau listrik. Dengan PLTN ini, menurut dia, bisa memenuhi kebutuhan energi di Indonesia pada masa mendatang, dengan perhitungan 1 gram uranium setara dengan energi yang dihasilkan 3 ton batu bara.
Selain besarnya energi yang dihasilkan, menurut dia, efek uranium ini tidak sebesar polusi yang dihasilkan batu bara, yang menghasilkan Co2 sehingga menyebabkan hujan asam dan pemanasan global. "Dengan PLTN, pasokan listrik akan aman karena ketersediaan bahan bakarnya sangat cukup untuk jangka waktu yang panjang, yaitu 60 tahun. Begitu pun pemakaian bahan bakar yang satu ini bisa lebih irit dan tidak menimbulkan polusi lingkungan," ungkapnya.
Ditambahkan, Deputi Kepala Batan Bid. Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa, Ir. Karyono HS., dalam program pembangunan, harus memberikan penjelasan kepada masyarakat karena semua teknologi itu pasti ada manfaatnya, tetapi tidak terlepas dari risiko.
Sumber: Pikiran Rakyat
Masyarakat Nuklir Indonesia
Indonesian Nuclear Society
The Indonesian Nuclear Society was launched in the mid-1960s,
(when first reactor in Indonesia launched [Triga Mark II at Bandung] a time of growing interest in employing peaceful applications of nuclear science and technology for bettering the lives of people in the Indonesian and around the world.
Visi
Pendukung dan Pengembang Program IPTEK Nuklir untuk Perdamaian di Indonesia
18 Reaktor Nuklir Indonesia tahun 2040
Tersedianya sarana pendamping disetiap reaktor
1. Pusat Pendidikan dan Latihan
2. Pusat Inovasi, Penelitian dan Pengembangan
Misi
1. Wahana Edukasi masyarakat mengenai IPTEK Nuklir
2. Sarana penampung aspirasi masyarakat mengenai IPTEK Nuklir
Program
1. Pertemuan Rutin Pertahun
2. Publikasi dan Edukasi Masyarakat
Fokus
5 Tahun Pertama
(2010-2015)
5 Tahun Kedua
(2015-2020)
5 Tahun Ketiga
(2020-2025)
5 Tahun Keempat
(2025-2030)
5 Tahun Kelima
(2030-2035)
5 Tahun Keenam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar